Transformasi Indonesia 2050 (3): Pengertian dari Waktu dan Mengapa Ia Begitu Penting

Jika budaya merupakan basis kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi sebuah masyarakat, maka ciri pokok yang membedakan sebuah bangsa yang maju dengan yang terbelakang adalah budaya waktunya. Artinya, sementara bangsa yang maju memiliki budaya waktu yang sehat, bangsa yang terbelakang tidak memilikinya. Budaya waktu yang tidak sehat pada sebuah masyarakat dicerminkan dari, pertama, ketidakpekaan waktu masyarakat tersebut, dan kemudian oleh ketidakdisiplinan waktunya.

Kepekaan waktu sebuah masyarakat tidak berkembang sehat saat anggota masyarakat tersebut mengalami kesulitan-kesulitan untuk memahami waktu sebagai sebuah konsep yang abstrak. Tidak seperti pengalaman inderawi lainnya, pengalaman waktu (temporal experience) tidak mudah dilukiskan dan diukur, sampai terciptanya jam (clock). Dalam hal ini segera perlu dikatakan bahwa waktu barangkali merupakan sebuah konsep yang cukup abstrak untuk dipahami. Masyarakat yang tidak terlatih untuk berpikir abstrak melalui membaca niscaya akan mengalami kesulitan-kesulitan memahami, untuk kemudian mengapresiasi waktu.

 

 

Gambar 3. Buta Aksara di Indonesia Masih Tinggi

Masyarakat yang memiliki budaya membaca yang baik memiliki kapasitas yang lebih baik untuk memahami konsep-konsep abstrak, termasuk waktu. Bisa dibayangkan jika di kota Bogor, angka buta huruf masih mencapai 3%, di kawasan lain pasti jauh lebih tinggi, dan kapasitas bangsa ini untuk mengapresiasi waktu sudah bisa diduga (lihat Gambar 3).

Ada 2 mazhab waktu yang penting. Berbeda dengan Isaac Newton (Hawking sekalipun percaya pada Newtonian Time) yang mempostulasikan waktu fisik yang mengalir ke satu arah (uni-directional physical time), Kant dan Leibniz, serta kemudian Penrose berpandangan bahwa waktu (dan ruang) hanyalah konsep (gagasan) yang kita ciptakan sesuai kebutuhan, terutama untuk memahami pengalaman indrawi kita (a framework to structure sensual experiences). Menurut Kant, waktu merupakan pengurutan peristiwa (ordering of events), sementara ruang adalah tempat di mana peristiwa tersebut terjadi. Masa lampau dan masa depan hanya dapat didefinisikan in the now sebagai rangkaian peristiwa. Dalam konteks transformasi Indonesia, sebagai sebuah konsep abstrak, Indonesia dengan demikian dapat didefinisikan sebagai seluruh rangkaian peristiwa di masa lampau, sekarang, dan di masa depan, di sebuah ruang Nusantara.

Di samping untuk membantu kita memahami seluruh pengalaman indrawi kita, memahami waktu amat penting karena satu hal : waktu kita terbatas, setiap manusia akhirnya mati. Rasulullah bahkan mengatakan : “Yang paling pintar di antaramu adalah yang paling banyak berpikir tentang mati”. Bahkan, tidak seperti sumberdaya terbatas lainnya, waktu yang tersedia bagi seseorang justru berkurang (ever decreasing), seiring dengan pertambahan umurnya. Tidak saja waktu penting dikelola bagi manusia sebagai individu, namun juga penting bagi organisasi sosial, maupun bisnis sebagai modal buatan manusia. Waktu lah yang membuka peluang, harapan, dan memungkinkan proses perubahan. Kelalaian mengelola waktu yang terbatas dan semakin berkurang merupakan resep bagi kegagalan mengelola perubahan (transformasi) untuk menjadi lebih baik, maju, mandiri, sejahtera, dsb.

The West (Barat) yang kita kenal maju saat ini telah berhasil mengembangkan kepekaan dan pemahaman waktu yang lebih sehat saat mereka berhasil mengembangkan budaya membaca yang kuat dan menciptakan jam untuk mengukur waktu (clock time). Kepekaan waktu ini terasah melalui pengembangan karya-karya arsitektur, teknologi, dan seni, terutama musik sebagai produk budaya Barat. Penulis berpandangan, pendidikan liberal arts (terutama bahasa, sejarah, seni –terutama musik-) sertagymnastics merupakan pondasi budaya Barat yang penting dan menjelaskan mengapa Barat memiliki kapasitas kreatif yang jauh melampaui negara-negara miskin.

Kota-kota besar di Eropa hampir selalu memiliki Jam Kota yang besar dan diletakkan di bangunan tinggi di alun-alun kota. Di London, Big Ben merupakan Jam Kota yang menonjol, dan menjadi land mark (penanda kawasan) kota. Jam kota ini selanjutnya menjadi rujukan waktu bagi masyarakat. Pencermatan lebih lanjut oleh para sosiolog menunjukkan bahwa Revolusi Industri di Eropa Barat merupakan akibat yang langsung dari perkembangan kesadaran waktu masyarakatnya. Melalui waktu jam ini, orang mulai mengukur efisiensi, dan produktifitas, untuk kemudian menciptakan mesin-mesin.

Comments

  1. gabriel gradi

    Prof, terimakasih atas artikel Transformasi Indonesia di web ini. Cukup memberi harapan, walaupun saya tahu demi mewujudkan harapan itu kita perlu menjejali ‘ruang-dan-waktu’ dengan sesuatu yang bermanfaat.
    Salah satu hal yang jadi perhatian saya dan beberapa teman, saya mahasiswa Sastra di Yogyakarta, adalah: Bagaimana cara kita menumbuhkan budaya membaca dalam masyarakat?
    Apalagi dengan membaca artikel diatas ada sebuah relasi yang menarik antara budaya membaca dan kesadaran akan waktu. .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *